![]() |
Ilistrasi |
Kupang, eMaritim.com - Kapal Motor (KM) Nusa Kenari 02
dikabarkan tenggelam di perairan laut Tahun Jung Margeta, Kabupaten Alor,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kejadian ini dibenarkan Kepala Kantor Pencarian dan
Pertolongan (SAR) Kelas Atas Kupang, Emi Frezer.
"Benar, ada musibah tenggelamnya kapal di perairan
Kabupaten Alor," ujar Emi Frezer saat dikonfirmasi melalui sambungan
telepon WhatsApp, Sabtu (15/6/2019).
Kapal naas tersebut mengangkut 30 penumpang. Sebanyak 20
orang selamat dan 2 penumpang meninggal dunia.
Ada 8 orang penumpang belum ditemukan. Saat ini sedang dalam
pencarian oleh tim SAR.
Emi Frezer mengatakan, tim Kantor SAR Kupang kini melakukan
operasi pencarian dan penyelamatan menggunakan KN SAR Antareja yang berangkat
dari Pelabuhan Navigasi Kupang pukul 10.30 Wita.
.
Peristiwa itu terjadi tepat pukul 08.00 WITA. KM Nusa Kenari
II sebelumnya berangkat dari Pelabuhan Kalabahi pukul 02.30 WIT. Namun, di
tengah perjalanan, kapal yang sedianya akan membawa penumpang ke tujuan
Pelabuhan Pureman ini karam.
Berdasarkan catatan tim SAR, kapal itu karam tepat di
koordinat 08 26' 51.85" S dan 124 24' 38.09". Belum diketahui
penyebab tenggelamnya kapal. Saat ini, tim tengah berfokus mencari penumpang
yang hilang di sekitar perairan.
Adapun kapten kapal, Peter Plaituka, yang turut selamat
dalam musiban KM Kenari II tenggelam itu saat ini tengah diamankan
pihak berwenang. “Kapten Kapal sementara berada di Polsek Alor Barat Daya
Moru,” ucapnya
KM Rahmat Ilahi
Tenggelam
Sebelumnya, KM Rahmat Ilahi asal Makasar yang beroperasi
mencari ikan di Laut Timor, Provinsi NTT tenggelam, Kamis (14/2/2019) pukul
01.00 Wita.
Kapal yang dinahkodai Jabal Nur (48), tenggelam akibat
dihantam gelombang tinggi disertai angin kencang di laut lepas.
Namun, delapan ABK termasuk nahkoda dalam kapal naas itu
selamat.
Bagaimana kisah delapan nahkoda itu bisa bertahan di tengah
ganasnya gelombang laut dan dinginnya udara malam?
ABK bernama Hermanus Manafe yang ditemui POS-KUPANG.COM,
JUMAT (15/2/2019), menuturkan, ketika kapal tenggelam kondisi sangat gelap,
gelombang laut tinggi dan angin sangat kencang.
Saat itu mereka tak berdaya karena posisi tenggelamnya kapal
di laut lepas.
Beruntung, mereka tidak panik dan saling menguatkan satu sama
lain.
"Kami pasrah saja. Malam begitu gelap. Kami di tengah
laut. Kami hanya pakai jeriken untuk bertahan," ungkap Hermanus.
Hermanus yang berasal dari Camplong itu ikut dalam kapal
tersebut untuk menangkap ikan. Ia mengaku sudah sering ikut dalam kapal ikan
tersebut.
"Kami sudah sering ke tempat itu untuk cari ikan tapi
tidak ada kejadian. Ini kali baru kami dapat musibah," tutur Hermanus.
Hermanus, mengungkapkan, tenggelamnya kapal yang mereka
tumpangi berawal dari gelombang tinggi yang datang tiba-tiba.
Akibat gelombang tinggi air laut masuk sampai ke mesin
kapal.
Seketika mesin kapal mati. Setelah terombang ambing sekitar
15 menit, kapal pun tenggelam.
"Kami tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan
kapal. Kami tidak berdaya," kisah Hermanus mengenang peristiwa malam naas
di Laut Timor tersebut.
Malam itu, tutur Hermanus, mereka menyerahkan hidup mereka
sepenuhnya pada kemurahan Tuhan.
Mereka hanya bisa menyelamatkan diri dengan cara berenang
menggunakan jeriken yang ada dalam kapal.
Kebetulan dalam kapal naas itu terdapat banyak jerigen.
Pertarungan mereka melawan ganasnya gelombang dan dinginnya air laut dimulai
sejak tenggelamnya kapal, Kamis pukul 01.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita.
Kurang lebih 18 jam mereka bertahan di laut dan bertarung
dengan maut tanpa makan dan minum.
Di sela-sela perjuangan mereka bertahan di tengah gelombang,
komunikasi mereka tidak putus.
Mereka tidak panik dan saling mengingatkan satu sama lain
agar tetap menjaga stamina.
Untuk menjaga agar mereka tidak terpencar di tengah laut,
mereka mengikat jeriken dengan tali agar tetap dalam satu titik.
Sekitar pukul 17.00 Wita, mereka melihat di kejauhan ada
kapal yang sedang berlalu di tengah laut.
Dua rekan ABK berenang menuju titik kapal guna meminta
pertolongan.
Upaya tersebut berhasil dan kapal asal Bali yang diketahui
bernama KM Senjaya itu merapat ke lokasi mereka berenang. Mereka langsung
dievakuasi ke kapal Senjaya.
Perasaan lega bercampur haru karena selamat dari maut.
Mereka kemudia meminta agar dievakuasi di daerah terdekat.
Permintaan mereka diamini nahkoda kapal asal Bali itu.
Akhirnya mereka dievakuasi ke Pantai Motadikin, Kabupaten
Malaka yang merupakan daerah terdekat pada Jumat (15/2/2019).
Selanjutnya mereka dibawa ke RSPP Betun untuk dirawat. Hermanus merasa beruntung bisa selamat dalam peristiwa naas
tersebut.Saat itu mereka hanya berharap mujizat. Mujizat itu pun datang lewat kapal asal Bali tersebut.
(*/hp)