Derita Pelaut Yang Berlayar Di Sungai Mahakam, Sebuah Perairan Tanpa Aturan -->

Iklan Semua Halaman

Derita Pelaut Yang Berlayar Di Sungai Mahakam, Sebuah Perairan Tanpa Aturan

25 November 2019
Catatan; Amrullah (Ketua Kesatuan pelaut Indonesia Samarinda)


Memasuki penghujung tahun 2019 suasana perairan sepanjang sungai Mahakam dari hulu hingga muara tidak berubah, laporan mengenai pemeriksaan kapal oleh petugas pemerintah seakan tidak pernah usai. Bahkan jumlah oknum pemeriksa semakin bertambah yang  berasal dari berbagai macam instansi.

Jika ditelisik lebih mendalam maka pemeriksaan kapal oleh oknum petugas itu dapat dibagi menjadi beberapa wilayah dan kawasan sebagai berikut :

1. Wilayah diatas Jembatan Mahulu hingga ke Kabupaten Mahakam Hulu;
Di sepanjang perairan di wilayah ini para Nakhoda dan ABK kapal dapat dikatakan masih bisa bernafas karena oknum petugas yang mendatangi kapal masih dapat diajak berdialog dan tidak terlalu meminta banyak.

2. Wilayah dibawah jembatan Mahulu hingga depan kantor Gubernur Kalimantan timur.
Di Wilayah ini para Nakhoda dan ABK harus menyiapkan mental yang baik karena akan melewati kolong jembatan Mahakam yang sempit dan minim pengaman. Disini para Nakhoda dinaiki oknum petugas yang datang silih berganti merapat ke kapal yang jika tidak diberi upeti biasanya oknum petugas tersebut langsung naik anjungan untuk menemui nakhoda. Hal ini sangat mengganggu konsentrasi Nakhoda yang sedang bermanuver untuk melewati kolong jembatan Mahakam. Para Oknum Petugas itu terdiri dari KPLP, POL AIR ( kapalnya standby di depan kantor Gubernur ). Jumlah speedboat oknum petugas diwilayah ini sebanyak  1 unit dari KPLP dan 1 unit dari Polair Mabes.

3. Wilayah di sekitar jembatan Mahkota II hingga simpang Sungai Mariam.
Wilayah ini bagaikan daerah tidak bertuan dimana oknum petugas datang silih berganti ke kapal dengan berbagai alasan, yang terkadang membuat para Nakhoda dan ABK seakan tidak punya pilihan selain harus menyerahkan upeti atau terus terganggu konsentrasi bernavigasinya. Jumlah speedboat oknum petugas diwilayah ini sebanyak 10 unit yang di dominasi oleh petugas dari Kepolisian 8 speedboat, 1 speedboat Angkatan Laut dan 1 speedboat KPLP.

4. Wilayah dari simpang Sungai Mariam sampai Kepanduan Muara Pegah.
Sepanjang alur pelayaran di wilayah ini biasanya oknum petugas melakukan pemeriksaan di daerah sekitar Tanjung Dewa dan disini oknum petugas dari Kepolisian dan Angkatan laut dengan jumlah speedboat sebanyak 2 unit.

5. Muara Pegah
Perairan ini didominasi oleh petugas dari pos Angkatan Laut.

6. Muara Berau
Di wilayah ini para Nakhoda dan ABK masih harus was-was karena terkadang para petugas dari kapal- kapal patroli Angkatan Laut juga melakukan pemeriksaan.

Hal yang disebut diatas sudah menjadi aktivitas rutin yang dialami oleh para Nakhoda dan ABK di sepanjang sungai Mahakam dari Hulu hingga ke Muara Merau dalam tugasnya menarik tongkang batubara yang jumlahnya ratusan unit.

Sejauh ini mereka hanya bisa mengeluh dan tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi hal ini, sudah puluhan tahun hal ini berlangsung dan tidak pernah ada solusi sama sekali disini. Rata-rata setiap kapal dari Mahakam Hulu sampai Muara Berau mengeluarkan dana sebesar 1.400.000/ trip untuk UANG AMAN tersebut.

Kapankan pungli akan berakhir di Sungai Mahakam dan perairan lain Indonesia? Mungkin ini hanya akan terhenti apabila seluruh pelaut melakukan mogok kerja agar mendapat perhatian dari pemerintah.(zah)