Pembangunan Kapal Pertamina Selalu Dihambat, Mari Simak Penyebabnya -->

Iklan Semua Halaman

Pembangunan Kapal Pertamina Selalu Dihambat, Mari Simak Penyebabnya

08 Januari 2020
Ilustrasi
Jakarta, eMaritim.com - Masalah terbesar yang dihadapi negara ini adalah karena Pertamina tidak memiliki kapal yang memadai. Pengangkutan minyak pun bersandar pada kapal swasta dan asing. Inilah yang menjadi penyebab melebarnya defisit transaksi berjalan yang selalu dikeluhkan banyak orang termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Seperti diketahui, defisit transaksi berjalan salah satu penyumbang terbesarnya adalah defisit jasa. Dan defisit dalam jasa jasa penyumbang terbesarnya adalah jasa perkapalan," kata peneliti AEPI Salauddin Daeng di Jakarta.

Menueutnya, nilai defisit jasa Indonesia setiap tahun mencapai USD 7-8 miliar atau sekitar Rp100-Rp110 triliun. Angka ini menyumbang sekitar 30 persen dari defisit transaksi berjalan.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyoroti sektor jasa perkapalan yang menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap defisit transaksi berjalan. (November 2018).

Defist jasa perkapalan penyumbangnya adalah perkapalan migas. Mengapa, karena Pertamina sudah tak punya kapal lagi seperti dulu karena sudah dijual. Sekarang pertamina sangat bergantung pada kapal swasta. "Sementara, impor migas yang harus dikirim lewat kapal mencapai Rp450 triliun setahun. Belum termasuk distribusi migas dalam negeri," jelas Daeng.

Sementara kini,  Pertamina bergantung pada kapal swasta dan asing. Coba bayangkan, Sampai akhir tahun 2018, Pertamina hanya mengelola 67 armada kapal milik sendiri dan pertamina menggantungkan usahanya pada 200 kapal charter untuk mengangkut kargo internal.  Jadi bagaimana tidak defisit ?

Selalu Dihambat ?

Namun usaha pertamina menambah kapal baru pasti akan dihambat. "Mengapa, karena itu menyangkut usaha dari 70 persen bisnis perkapalan milik swasta dan asing," kilah Daeng.

"Jadi tidak mungkin direktur yang membawahi perkapalan akan leluasa melakukan pengadaan kapal, pasti akan dihajar oligarki," papar pengamat ekonomi muda itu.

Sebagaimana diketahui, urai Daeng,  Pertamina perkapalan berencana melakukan pengadaan kapal Pertamina sebanyak 4 kapal baru yang saat ini tengah dalam proses pembangunan dn penambahan armada baru tersebut untuk memperkuat distribusi BBM (White Oil) domestic.

"Apa kira kira kira ini yang membuat Direksi LSCI yang mengurus perkapalan tidak pernah aman," tanya Daeng diplomatis.