"Komoditas impor paling besar dari komoditas barang
nonmigas, sebesar 11,74 miliar dolar AS," kata Kepala BPS K.Suhariyanto
kepada pers di Jakarta.
Sementara, lanjut dia, apabila dibandingkan Maret 2019 impor
Indonesia justru turun 0,75 persen.
Impor nonmigas Maret 2020 mencapai US$11,74 miliar, naik 19,83 persen dibanding
Februari 2020.
"Namun jika dibandingkan Maret 2019 turun 1,56 persen.
Impor migas Maret 2020 mencapai US$1,61 miliar, turun 8,07 persen dibanding
Februari 2020," jelas Suhariyanto.
Sebaliknya, impor Indonesia
meningkat 5,64 persen jika dibandingkan Maret 2019. Peningkatan impor
nonmigas terbesar Maret 2020 dibanding Februari 2020 adalah golongan mesin dan
perlengkapan elektrik sebesar US$422,8 juta (35,60 persen).
"Sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan
peralatan mekanis sebesar US$97,5 juta (5,09 persen)," jelas Suhariyanto
lagi.
Jika dilihat dari negara asal impor, BPS mencatata, ada tiga
negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Maret 2020
ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$8,91 miliar (26,34 persen).
KemudianJepang dengan nilai US$3,60 miliar (10,63 persen), dan Thailand dengan
nilai US$2,26 miliar (6,67 persen).
Sementara, sebut BPS,
impor nonmigas dari ASEAN sebesar US$7,16 miliar (21,18 persen),
sementara dari Uni Eropa sebesar US$2,61 miliar (7,72 persen).Nilai impor
golongan bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari–Maret 2020
mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing
2,82 persen dan 13,07 persen.
"Sebaliknya, nilai impor golongan barang konsumsi
meningkat 7,11 persen," tegas Suhariyanto.