Dibalik Bisnis Para Raja Kapal Menghadapi Floating Stock Minyak Melimpah -->

Iklan Semua Halaman

Dibalik Bisnis Para Raja Kapal Menghadapi Floating Stock Minyak Melimpah

30 April 2020
Jakarta, eMaritim.com - Tidak ada yang memperkirakan bisnis dan pasokan minyak dunia akan  bisa terjadi di jagad raya seperti sekarang ini. Bayangkan minyak mentah yang keluar dari perut bumi, tidak bisa tertampung lagi dalam tangki timbun yang kepenuhan di darat.

"Biasanya minyak di tanki penampungan mengalir lancar ke kilang minyak, ke pabrik ataupun ke SPBU tanpa putus. Kini menjadi lambat tersendat, karena  pabrik berhenti, lalu lalang mobil di jalan sangat berkurang," kata pakar perminyakan dan mantan anggota Komite BPH Migas Dr. Ibrahim Hasyim di Jakarta.

Menurutnya, konsumsi minyak turun drastis sebagai dampak dari covic19, tetapi produksi minyak terus keluar, karena tidak bisa begitu saja  dihentikan. "Akibatnya, minyak itu tidak bisa ditampung lagi di darat. Harganya menjadi turun drastis dan  harus ditampung di laut di atas kapal sebagai persediaan terapung (floating stock)," kata Ibrahim seperti dikutip Bisnisnews.

Sebenarnya, jelas dia,  floating stock minyak diatas kapal itu selalu ada. Kita saja di Indonesia selalu mempunyai floating stock dalam kapal yang sedang berlayar di perairan Nusantara, jumlahnya sekitar 3 hari konsumsi.

Tetapi, minyak itu kemudian dibongkar masuk ke dalam tanki di darat. Begitu seterusnya berputar. "Namun, yang terjadi sekarang, minyak yang semula sebagian floating stock itu akan dibongkar, tapi tanki di darat penuh, makin lama makin banyak," papar Ibrahim.

Bisnis di Belakangnya ?

Maka kemudian kondisi ini  menginspirasi trader bahwa ada bisnis besar dibelakangnya. "Dengan jatuhnya harga minyak dunia, maka terjadilah perlombaan membeli  minyak murah untuk disimpan, dan dijual kembali kala harga minyak kembali naik," jelas Ibrahim seriya.

Karena penampungan di darat habis, menurut Ibrahim, sudah barang tentu terjadi perburuan tempat penampungan di laut. "Makannya bisnis kapal VLCC pun naik, VLCC yang nganggur pun sewanya menjadi tinggi," kilah putra Aceh itu.

Implikasinya, menurut anggota Dewan Pakar Partai Nasdem itu,  raja-raja  kapal panen. Biasanya sewa kapal mengikuti naik turunnya harga minyak, naik harga minyak naik pula ongkos sewa kapal.

Nah sekarang kondisinya terbalik. Harga minyak murah, tapi sewa kapal naik berlipat. "Kenapa? Karena trader-trader minyak dunia menguber VLCC untuk menyimpan minyak murah."

"Mereka akan panen besar nanti kala harga minyak menaik kembali. Bayangkan kini betapa banyaknya floating stock saat ini tersebar merah merah diseluruh bagian dunia," sebut Ibrahim.

Ternyata, urai dia,  dampak Covic19 bagi raja kapal dan trader membuat mereka tertawa lebar, tapi sebaliknya bagi kontraktor produsen minyak menangis tersedu sedu karena rugi.  "Terus kalau bagi kita, dapat apa," tanya Ibrahim penuh ragu.