Pandemi Corona, Harga Minyak Dunia Terjun Bebas -->

Iklan Semua Halaman

Pandemi Corona, Harga Minyak Dunia Terjun Bebas

07 April 2020
Jakarta, eMaritim.com - Harga minyak dunia anjlok, sejak wabah melanda dunia. Corona memang bukan satu satunya penyebab, pertumbuhan ekonomi global yang melemah dalam lima tahun terakhir memberi andil besar dalam pelemahan harga minyak mentah dunia. Para analis telah meramalkan bahwa masa depan harga minyak mentah makin buruk bagi perusahan hulu migas.

Dalam konteks ekonomi Indonesia minyak dan gas merupakan faktor kunci. Produksi hulu migas dan harga minyak mentah menentukan seberapa uang masuk dalam kas negara, jika produksi kecil dan harga rendah makan uang masuk ke kantong pemerintah otomatis kecil. 

"Sementara migas masih merupakan sekror penyumbang terbesar pendapatan negara baik pajak maupun Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)," kata ekonomi AEPI Salamuddin Daeng di Jakarta.

Sementara di hilir migas merupakan “darah” dalam perekonomian Indonesia. Jika harga minyak naik maka otomatis harga harga akan naik. Namun jika harga minyak turun bisa berdampak sebaliknya. Konsumsi minyak dan gas merupakan penentu inflasi dan itu artinya menentukan daya beli masyarakat.

Selain itu, papar Daeng, migas merupakan faktor kunci yang menentukan biaya dalam industri dan pembangkit listrik. Menentukan biaya produksi listrik dan industri. Dengan demikian jika harga minyak mahal maka otomatis biaya dalam industri dan pembangkit listrik akan semakin mahal. Sebaliknya jika harga migas turun maka akan berdampak sebaliknya.

"Demikian juga dalam kegiatan perdagangan dan diatribusi barang barang di dalam negeri, migas merupakan faktor kunci. Sejauh hasil penerbitan selama ini menunjukkan bahwa harga energi minyak gas dan listrik berkorelasi significant terhadap listrik, industri, perdagangan dan konsumsi," terang Daeng.

Bagaimana Negara Menyikapi ?

Naik turunnya harga minyak global, menurut Daeng, dipengaruhi oleh faktor faktor yang bersifat global, peran para pemain pemain global, baik negara penghasil minyak, perusahaan penghasil besar minyak, dan megara negara industri maju yang notabene mereka adalah konsumen utama minyak dunia.

Selain itu harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh kesepakatan kesepakatan internasional, perjanjian multilateral di bidang ekonomi, keuangan dan lingkungan hidup. Isue perubahan iklim tidak bisa diabaikan dan merupakan faktor penentu arah kebijakan internasional tentang migas.

"Namun yang lebih menentukan adalah arah kebijakan keuangan global yang merupakan sumber uang bagi negara dan perusahaan produsen migas," urai Daeng.

Bagaimana kebijakan negara industri maju, termasuk Tiongkok dalam menyikapi harga minyak. Dasar dari kebijakan mereka adalah  kemampuan industri mereka dan persaingan dalam perdagangan internasional. Mereka meletakkan kebijakan migas nasional atas dasar pertimbangan dalam memenangkan persaingan global.

Itulah tanya Daeng, mengapa, USA selalu meningkatkan Supply migas dalam mempertahankan harga minyak yang tetap rendah, dan Tiongkok secara tertutup menerapkan kebijakan subsidi termasuk dalam kebijakan energi terbaharukan. Intinya adalah industri dan perdagangan internasional mereka. Target harus menang dalam kompetisi.

Bagaimana Indonesia ? negara ini mengimpor separuh lebih kebutuhan migas nasional. Itulah mengapa sebetulnya negara ini berada pada posisi diuntungkan oleh penurunan harga minyak. Itu jika Indonesia meletakkan urusan utamanya adalah industri dan konsumsi masyarakat sebagai penopang ekonomi.

Namun, papar Daeng,  jika Indonesia masih meletakkan pendapatan bagi hasil dan pendapatan pajak migas sebagai strategi unruk memompa uang ke dalam APBN maka harga minyak dunia yang turun akan berdampak pada merosotnya penerimaan APBN. Itulah mengapa Indonesia harus segera keluar dari semua ketergantungan pada pendapatan dari sektor migas.

"Indonesia harus memilih strategi memperkuat industri dan konsumsi, dan menjadikan produksi minyak sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sendiri. Karena Indonesia diuntungkan juga oleh ketersediaan energi lainya ternasuk batubara dan panas bumi yang besar," tegas Daeng.