Redaksi eMaritim menyampaikan duka atas bencana angin, banjir dan longsor yang terjadi di Nusa Tenggara Timur. Semoga duka cepat berlalu dan masyarakat Indonesia kembali menunjukkan empati yang besar untuk saling mambantu.
https://www.emaritim.com/2021/04/battling-storm-belajar-dari-bencana.html
Yang dimaksud dengan Battling the Storm adalah bernavigasi dengan selalu menempatkan haluan kapal ke arah datangnya gelombang alias menerjang gelombang, Ini adalah cara paling aman karena beberapa aspek yang sudah dikaji terutama dari sisi stabilitas kapal dan kemampuan konstruksi kapal berada di keadaan yang sangat ekstrem. Hal ini sangat efisien apabila kapal benar-benar bebas bermanuver dengan tidak ada kapal lain atau pulau di dekatnya. Kecepatan harus di sesuaikan karena kapal hanya buying time sampai gelombang berlalu dan keadaan menjadi tenang kembali.
Apabila angin dengan Gale Force menghantam daratan seperti yang terjadi di Kupang 2 hari terakhir, sebenarnya banyak tempat untuk kapal berlindung dan shelter sampai angin reda. Dengan lego 2 jangkar depan dan rantai sepanjang mungkin, kapal harus tetap menjalankan mesin untuk menjaga agar jangkar kapal tidak larat.
Banyak yang beranggapan dermaga adalah tempat paling aman buat kapal, sayangnya anggapan tersebut tidak berlaku saat angin keras menghantam lambung kapal dari samping. Jika angin dari sisi darat tali kapal bisa putus dan terbalik, sementara jika angin datang dari sisi laut lambung kapal bisa rusak dan terbalik.
Nakhoda yang cakap, akan dengan sigap meminta kapalnya keluar dari dermaga saat mengetahui akan ada angin kencang di daerahnya. Tapi pada prakteknya syahbandar yang memerintahkan kapal untuk keluar, karena tanggung jawab keselamatan untuk kegiatan di pelabuhan ada di pundaknya.
Sebuah pelajaran berharga untuk diambil, Indonesia bisa memperbaiki sistem atau menambah pengetahuan dari pihak-pihak yang terkait dengan kapal dan keselamatan pelayaran.