8 Anggota Keluarga Tertular Dari 47 Petugas Perawat Awak Kapal Filipina Yang Terinfeksi Covid-19 -->

Iklan Semua Halaman

8 Anggota Keluarga Tertular Dari 47 Petugas Perawat Awak Kapal Filipina Yang Terinfeksi Covid-19

Ananta Gultom
25 Mei 2021
Imustrasi: Rapid PCR test

JAKARTA - Sedikitnya delapan anggota keluarga dari 47 petugas kesehatan Indonesia yang tertular Covid-19 setelah merawat 14 awak kapal Filipina yang sakit dinyatakan positif mengidap virus corona ketika otoritas kesehatan mengintensifkan pelacakan pada kontak dekat mereka.


Hasil tes tersebut menyusul pemeriksaan terhadap 31 keluarga petugas kesehatan yang terinfeksi oleh RSUD Cilacap Jawa Tengah, yang bersama dengan 10 puskesmas, masih melacak keluarga dan kontak lain, kata kepala dinas kesehatan Cilacap Pramesti Griana Dewi.


Lima belas petugas kesehatan dinyatakan negatif dalam dua tes polymerase chain reaction (PCR), sementara 12 petugas kesehatan dengan gejala ringan sedang dirawat di rumah sakit. 20 lainnya tanpa gejala mengisolasi diri di rumah.


"Kami akan mengumpulkan mereka yang berada di karantina rumah di tempat isolasi terpusat mulai Selasa (25 Mei) sehingga mereka dapat dipantau lebih intensif," kata Dr Pramesti kepada The Straits Times, seraya menambahkan bahwa anggota keluarga dari petugas kesehatan yang terinfeksi juga akan diawasi. dikarantina di rumah sakit yang baru dibangun.


Kapal kargo berbendera Panama, Hilma Bulker, yang mengantarkan gula rafinasi dari India dengan 20 awak Filipina di dalamnya, tiba di pelabuhan Tanjung Intan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada 25 April.


Sejalan dengan prosedur, otoritas pelabuhan Indonesia melakukan tes antigen cepat terhadap awak kapal dan setelah menemukan hasil yang positif, mereka melanjutkan dengan tes PCR.


Empat belas awak dinyatakan positif mengidap virus tersebut, yang berdasarkan sekuensing genom, merupakan varian B16172 yang pertama kali diidentifikasi di India.


Salah satu dari mereka yang menunjukkan gejala pada saat kedatangan meninggal setelah terserang pneumonia parah.


Sepuluh awak lainnya masih dirawat di rumah sakit, sementara tiga lainnya, yang telah pulih, telah berangkat ke negara mereka.


Otoritas kesehatan setempat telah menguji 179 petugas kesehatan secara total dan 91 pekerja yang telah membantu kapal berlabuh dan menurunkan muatannya. Tidak ada infeksi yang ditemukan di antara kelompok terakhir.


Memperhatikan bahwa semua petugas kesehatan yang terinfeksi telah divaksinasi penuh, Dr Pramesti menduga bahwa penularan kemungkinan besar disebabkan oleh rasa puas diri dan ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan.


"Sebagian besar tidak menunjukkan gejala. Hanya sedikit yang menunjukkan gejala, seperti anosmia (bau badan), demam, dan gangguan pencernaan," ujarnya.


Dr Windhu Purnomo, seorang ahli epidemiologi di Universitas Airlangga yang berbasis di Surabaya, menyarankan agar otoritas kesehatan setempat melacak setidaknya 30 orang yang melakukan kontak dekat dengan setiap petugas kesehatan yang terinfeksi untuk mencegah penularan yang lebih luas.


"Artinya, mereka harus menguji sekitar 1.400 orang. Mereka harus mengisolasi sebanyak mungkin orang. Ini untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari varian ini," katanya, menggambarkan penularan lokal dari varian yang sangat menular sebagai "berbahaya".


Mengkritik sikap "permisif" pemerintah Indonesia terhadap kapal dan pesawat yang datang dari negara "berisiko tinggi", Dr Windhu menyerukan agar pembatasan diperketat di pelabuhan dan bandara.


"Semua pintu masuk ke Indonesia harus dijaga dengan baik. Harus ada kebijakan untuk menolak sementara kapal kargo dari luar negeri, khususnya negara-negara" zona merah "," tambahnya.


Dengan lebih dari 1,78 juta infeksi dan lebih dari 49.000 kematian, Indonesia, negara berpenduduk 270 juta terpadat keempat di dunia, telah mengalami wabah Covid-19 terparah di Asia Tenggara.


Meskipun krisis kesehatannya tidak seburuk di India, ahli epidemiologi telah berhati-hati atas pertemuan massal dan eksodus besar-besaran di sekitar Hari Raya Aidilfitri bulan ini yang dapat memicu lonjakan kasus.


Pada bulan April, Indonesia berhenti mengeluarkan visa bagi orang asing yang baru saja berada di India.


Dr Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, mengatakan pengawasan masuknya kapal asing akan ditingkatkan.


"Mungkin karantina khusus akan diperlukan untuk kasus-kasus seperti itu," katanya, mengacu pada Hilma Bulker.


Sumber: The Straits Times