Dies Natalis ke 66 STIP, 27 Februari 2023 -->

Iklan Semua Halaman

Dies Natalis ke 66 STIP, 27 Februari 2023

27 Februari 2023

(Sepenggal Sejarah Yang Tidak Boleh Dilupakan)

Zaenal A Hasibuan/ AIP29


Hari ini Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran merayakan dies natalisnya yang ke-66. Mengapa bukan ke 70 sesuai tahun didirikannya AIP pada 1953? Seperti kita ketahui Sekolah Tinggi Pelayaran pertama di Indonesia itu didirikan oleh Mas Pardi Pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957 tepatnya tanggal 27 Februari. Menarik untuk diketahui mengapa ada jeda yang lama antara tahun pendirian Akademi Ilmu Pelayaran (nama saat itu) dengan tahun peresmiannya.


Pada bulan April 1950 di Jakarta didirikan suatu Lembaga Pendidikan Tinggi dalam disiplin Ilmu Pelayaran dengan nama Sekolah Pelayaran Tinggi, yang masih menggunakan sistem pendidikan yang diatur berdasarkan peraturan “Diploma Reglement 1939”, dengan peningkatan persyaratan penerimaan mahasiswa berijazah SMA-B an STM-Mesin.


Pendidikan ini bertujuan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga pelaut Indonesia agar dalam waktu singkat dapat menggantikan tenaga-tenaga Belanda dalam bidang pelayaran, khususnya Mualim dan Ahli Mesin Kapal Pelayaran Besar.


Karena sifatnya yang darurat untuk memenuhi kebutuhan, maka sistem pendidikannya diarahkan pada pendidikan teknis praktis untuk memenuhi persyaratan “Diploma Reglement 39”, mengingat bahwa belum ada Undang-Undang/Peraturan Pemerinah RI yang mengatur Ijazah Pelayaran Nasional.


Lalu pada 1953 pemerintah merubah sistem pendidikan pelayaran yang didasarkan atas sistem reguler dengan pengaturan sebagai berikut;


• Sekolah Pelayaran di Makassar yang menerima tamatan Sekolah Dasar dengan persyaratan kesehatan laut diatur untuk pendidikan Mualim Pelayaran Terbatas dan Juru Motor Mesin.


• Sekolah Pelayaran Menengah di Semarang yang menerima siswa-siswa tamatan Sekolah Menegah Pertama dan Sekolah Tehnik Pertama, yang memenuhi persyaratan kesehatan pelaut diatur untuk pendidikan Mualim Pelayaran Interinsular dan Diploma Sementara Mesin Kapal.


• Akademi Ilmu Pelayaran di Jakarta diatur untuk menerima siswa-siswa tamatan Sekolah Menengah Atas bagian B dan Sekolah Tehnik Menengah Bagian Mesin/Listrik, yang lulus ujian masuk dan peryaratan sebagai calon perwira laut yaitu Ilmu Pengetahuan Eksakta, Kesehatan pelaut dan Psychotest. AIP dikhususkan untuk mencetak Perwira Kapal Niaga Pelayaran Besar (semua lautan). Sebagian besar mahasiswa/ Taruna Akademi Ilmu Pelayaran Angkatan Pertama dan Angkatan Kedua terdiri dari Pemuda-Pemuda yang semasa Revolusi Kemerdekaan pada tahun 1945-1949 kut serta dalam perjuangan bersenjata melawan penjajah Belanda, tergabung didalam Brigade 17; Tentara Pelajar (T.P.), Tentara Republik Indonesia Pelajar (T.R.I.P.), Tentara Genie Pelajar (T.G.P.), Indonesia Merdeka atau Mati (I.M.A.M.), (Banyumas), Corps Mahasiswa Djawa Timur (C.M.D.T.), dan Student Army. 


Sampai pada tahun 1957 COMAIP (senat) berjuang agar AIP diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia sebagai simbol bahwa Akademi Ilmu Pelayaran bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya kalangan Perwira Pelayaran Niaga pendahulu mereka yang masih menggunakan Diploma berdasarkan Reglement 39 (Reglement voor stuurlieden examens 1939). 


Sebab sebelum tahun 1957, AIP dan tarunanya mendapat banyak tantangan dan tekanan dari kalangan pelaut pendahulu, karena mereka beranggapan bahwa didirikannya AIP seharusnya tetap menggunakan aturan dan cara belajar yang sama dengan mereka. Dan tentunya tantangan datang dari Belanda yang memang masih ingin berusaha menguasai Indonesia.


Meskipun telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 36322/5 tanggal 20 Juni 1956 dan SK Menteri Pelayaran No. V.II/12/9 tanggal 11 Juli 1956, oknum-oknum yang menentang berdirinya dan kelangsungan hidup di A.I.P. yang bercokol dan menduduki pimpinan teras di Departemen Perhubungan, yang dimotori oleh sdr. Abdul Rahman, seorang anggota NEFIS dan ternyata juga seorang PKI, berhasil melikuidasi AIP pada pertengahan tahun 1956, dengan argumentasi bahwa masih berlakunya “Diploma Reglement 1939” dan belum adanya Undang-Undang/Peraturan Pemerintah yang mengatur dan menetapkan Lembaga Pendidikan Akademis dalam bidang Pelayaran.


Dengan dilikuidasinya AIP, maka Pendidikan untuk Mualim Pelayaran Besar III dan Ahli Mesin Kapal A diadakan melalui kursus-kursus dengan tetap mempergunakan “Diploma Reglement 1939” dengan persyaratan minimum pemilik ijazah Sekolah Dasar dan mempunyai masa berlayar minimum selama 1 (satu) tahun sebagai pelaut, tanpa melewati Ujian masuk dan Psychotest, asalkan dapat membayar uang kursus. Hal itu membuat resah semua taruna AIP sampai mereka berdemonstrasi dan menduduki kantor Kementerian Perhubungan di Jalan Majapahit, Jakarta.


Langkah Senat AIP untuk meminta Presiden Soekarno meresmikan sekolah mereka didukung oleh Direktur AIP Bapak Kalangie dan juga Kepala Djawatan Pelayaran Bapak Mas Pardi serta ketua KPIP Ir. Sardjono. Untuk itu COMAIP mengutus Trenggono dan Prabowo untuk menghadap Presiden Soekarno pada 19 Februari 1957.


Atas kebesaran dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya pada hari Rabu Pon pada tanggal 27 Februari 1957, Akademi Ilmu Pelayaran diresmikan berdirinya oleh Yang Mulia Bapak Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno dengan lambang Juaja (Vandel) A.I.P. yang bertuliskan kata NAVIGARE NESSESE EST, VIVARE NON EST NESSESE.


Pada kesempatan ramah tamah dengan anggota Senat diruangan Senat COMAIP, Bapak Presiden berkenan memberi petunjuk dan merobah motto yang tercantum dalam juaja dengan kalimat sansekerta yaitu:

‘NAUYANAM AVASYABHAVI JIVANAM ANAVASYABHAVI”


It's a long way to Academy. dikompilasi dari berbagai sumber