Apakah Kapal Niaga Bertenaga Nuklir Akan Memegang Peran Kunci Dimasa Mendatang ? -->

Iklan Semua Halaman

Apakah Kapal Niaga Bertenaga Nuklir Akan Memegang Peran Kunci Dimasa Mendatang ?

Ananta Gultom
11 Maret 2023

 


Berkat teknologi nuklir, penggunaan tenaga nuklir pada kapal-kapal dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga nol. Tanpa adanya SOx, NOx, CO2, ataupun partikulat, kapal yang menggunakan tenaga nuklir menjadi pilihan yang menarik. Tenaga nuklir jauh lebih efisien dibandingkan bahan bakar fosil, dan juga bahan bakar alternatif seperti metanol, amonia, dan hydrogen.


Mengingat hal tersebut, tenaga nuklir dapat membantu mencapai target reduksi emisi gas rumah kaca yang ditetapkan oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO) hingga tahun 2050. Selain itu, efisiensi tenaga nuklir dapat dilihat dari kapal-kapal yang ukurannya serupa. United States Navy sendiri telah menggunakan lebih dari seratus reaktor nuklir pada 86 kapal selam dan kapal induk yang menghasilkan listrik, panas, dan daya dorong.


Dilansir dari Sea Trade Maritime News, dalam webinar terbaru dipenghujung tahun 2022 yang diselenggarakan oleh DNV, Mikal Bøe dari Core-Power menyampaikan argumen-argumen yang mendukung penggunaan teknologi nuklir di bidang pelayaran, meskipun masih menuai keraguan di kalangan banyak orang. Namun, Bøe mengatakan bahwa teknologi nuklir bertekanan ambient memiliki potensi untuk membawa pelayaran ke era baru.

Core-Power, perusahaan teknologi nuklir, mengadakan webinar yang membahas manfaat teknologi nuklir untuk kapal niaga. Meskipun masih ada kekhawatiran tentang penggunaan teknologi nuklir pada kapal niaga, 

Mikal Bøe dari Core-Power menyatakan bahwa teknologi nuklir berpotensi membawa kapal niaga ke era baru. Saat ini, Core-Power sedang mengembangkan teknologi reaktor garam cair untuk fasilitas desalinasi yang membutuhkan energi tinggi yang berada di lepas pantai atau unit mobile yang dapat ditempatkan di daerah yang dilanda kekeringan. 

Selain itu, ada juga proyek inisiatif di bidang nuklir, seperti konsep 'Thor' dari Ulstein yang menggunakan pembangkit listrik nuklir terapung untuk mendukung armada kapal pesiar ekspedisi yang beroperasi di daerah terpencil.

Akhirnya dapat disimpulkan Tenaga nuklir berpotensi mendorong pelayaran ke era baru dengan menyediakan listrik tanpa emisi, memaksimalkan kapasitas kargo, dan memfasilitasi kecepatan pelayaran yang lebih cepat. 

Namun, persepsi publik dan kurangnya kerangka peraturan yang kuat menimbulkan hambatan yang signifikan untuk adopsi secara luas. Inisiatif nuklir lainnya, seperti konsep Thor dan fasilitas desalinasi bertenaga nuklir, dapat memberikan penggunaan alternatif untuk teknologi nuklir dalam pelayaran. Sebelum diadopsi secara luas, manfaat potensial tenaga nuklir harus dipertimbangkan terhadap risiko dan tantangannya.

Disisi lain yang juga harus benar-benar diperhitungkan, penerapan teknologi nuklir dalam pelayaran masih dihadapkan pada banyak tantangan, termasuk persepsi publik .

Beberapa risiko yang mungkin dihadapi dalam penerapan teknologi nuklir pada kapal niaga adalah:

  • Risiko radiasi dan keamanan: penggunaan teknologi nuklir pada kapal niaga membawa risiko radiasi dan keamanan yang signifikan, sehingga perlu diatur dengan ketat dan dipantau secara ketat.

  • Risiko bencana alam: kapal niaga bertenaga nuklir akan tetap rentan terhadap bencana alam seperti tsunami dan gempa bumi, yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada reaktor nuklir dan kebocoran radiasi.

  • Risiko kecelakaan: meskipun teknologi nuklir pada kapal niaga dirancang untuk aman dan andal, kecelakaan bisa terjadi karena beberapa faktor seperti kesalahan manusia, kegagalan teknologi, atau kondisi cuaca yang buruk.

  • Risiko keamanan: kapal niaga bertenaga nuklir juga rentan terhadap risiko keamanan seperti sabotase atau serangan teroris, yang dapat mengakibatkan kebocoran radiasi yang signifikan.

  • Risiko biaya: biaya pembangunan kapal niaga bertenaga nuklir mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan kapal bertenaga konvensional, dan biaya operasional dan pemeliharaan juga dapat lebih tinggi.

  • Risiko regulasi: pengaturan dan pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk memastikan keamanan dan keselamatan penerapan teknologi nuklir pada kapal niaga.

  • Risiko publik: teknologi nuklir masih kontroversial dan konteksnya dapat memicu ketakutan publik dan resistensi, terutama terkait risiko radiasi dan keamanan.

  • Risiko reputasi: operator kapal niaga yang menggunakan teknologi nuklir harus mempertimbangkan dampak reputasi yang mungkin terjadi jika terjadi kecelakaan atau kebocoran radiasi.

  • Risiko pemilahan limbah radioaktif: penggunaan teknologi nuklir pada kapal niaga akan menghasilkan limbah radioaktif, yang memerlukan pemilahan dan pengelolaan khusus untuk mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.

  • Risiko politik: keputusan untuk mengadopsi teknologi nuklir pada kapal niaga dapat dipengaruhi oleh faktor politik dan regulasi nasional atau internasional yang kompleks, sehingga perlu disiapkan dengan baik.kerangka regulasi yang kuat.