Hallo operator kapal ferry, banyak dugaan apa penyebab kapal ferry Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali yang disampaikan beberapa pihak, tetapi dasar teknis dari dugaan tersebut tidak boleh diterima begitu saja tanpa membuat metode penelitian seperti Root Cause Analysis apalagi kapalnya sudah tenggelam.
Untuk itu, mari kita bahas hal teknis berdasarkan desain kapal dan pengalaman pelaut yang bisa dipakai sebagai teori pendekatan untuk dijadikan corrective action sebagai pencegahan agar hal ini tidak terjadi lagi.
Ingat pepatah "Ships don't sink because of the water around them, they sink because of the water that gets in them"? Ya benar sekali, bahwa kapal tidak tenggelam karena air disekelilingnya, tapi karena air masuk kedalam kapal.
Arti air masuk kedalam kapal kalau kita bahas secara teknis berarti air masuk kedalam enclosed compartments. Apa saja enclosed compartment diatas kapal ferry?
1. Kamar Mesin
2. Tangki BBM dan minyak.
3. Tangki Air
4. Ruang Akomodasi
5. Ruang Kendaraan dibawah deck utama yang tertutup.
Sudah menjadi rahasia umum, kapal-kapal di Indonesia tidak teliti dalam menjaga kekedapan penutup-penutup daripada enclosed compartments tersebut seperti;
1. Manhole
2. Fireplaps Engine room
3. Ventilasi
4. Lubang Pipa Sounding
5. Air Breather.
Hal ini tidak hanya terjadi pada kapal ferry, tapi banyak terjadi dikapal cargo, tug boat. LCT dan tongkang yang berlayar di Indonesia dimana kompartemen-kompartemen tersebut tidak kedap bahkan tidak bisa ditutup. Sebagian masyarakat awam menyebut air naik ke dek sebagai air masuk kekapal, tatapi sebenarnya air yang naik keatas deck akan turun lagi semuanya kelaut lewat lubang-lubang diatas deck. Air benar-benar masuk kedalam kapal apabila air mengisi enclosed compartments yang disebut diatas.
Kapal boleh rolling hebat atau pitching keras dihantam ombak, selama tidak ada air laut yang masuk kedalam kompartemen tersebut maka kapal tetap terapung, dalam keadaan tegak maupun miring. Tentu sebaik-baiknya kapal tetap selalu tegak agar tidak ada bukaan ventilasi dan fireplaps yang berada dibawah permukaan air akibat miringnya kapal. Untuk itu penting menjaga agar tidak ada muatan yang bergeser ke salah satu sisi kapal, itulah mengapa lashing menggunakan rantai dan web slings, serta chocking menggunakan kayu atau air dunnage menjadi perlu.
Dalam praktek good seamanship yang baik, sebelum menghadapi badai atau sebelum berlayar maka kekedapan semua manhole, ventilasi, fireplaps, pipa sounding, air breather, harus terjamin dan lashing muatan dalam keadaan kuat.
Sebaiknya para operator kapal ferry mulai memperbaiki diri dengan rajin mengecek hal yang disebutkan diatas. Caranya mudah saja, gunakan rubber packing yang lebih baik dan baru lalu berikan vaseline pada rubber packing tersebut agar benar-benar kedap dan tahan terhadap air laut. Jangan terbiasa mengikuti cara salah menggunakan semen disekeliling manhole seperti yang dilakukan diatas tongkang.
Ingat kembali kata kunci; Kapal yang kedap tidak akan tenggelam, walaupun miring. Kapal tidak akan miring jika tidak ada muatan yang bergeser. Untuk mengurangi rolling atau oleng, hindari tangki cairan dikapal yang terisi setengah atau sebagian terutama tangki yang lebar.
Semoga tulisan ini berguna dan dunia pelayaran Indonesia menjadi lebih baik lagi kedepannya.